Sebanyak 7 (tujuh) peneliti multi-disiplin asal Universitas Nusa Cendana (Undana) memaparkan diseminasi hasil penelitian kerja sama antara Undana dan Konservasi Indonesia (KI).
Para peneliti yang diketuai Dr. Ir. Marcelien Djublina Ratoe Oedjoe, M.Si (Bidang Budidaya Rumput Laut) tersebut terdiri dari anggota Dr. Ade Yulita Hesti Lukas, S.Pi, MSi (Bidang Rekayasa Budidaya), Dr. Rolland E. Fanggidae, MM (Bidang Ekonomi), Dr. Alexander L. Kangkang, S.Pi, MPi (Bidang Ekosistem Terumbu Karang), Kiik G Sine, S.Pi, M.Si (Bidang Lingkungan Perairan), Daud D Talo, SH, MA, MH (Bidang Antropologi, Hukum), dan Dr. Lady Cindy Soewarlan, S.Pi, MP (Bidang Gender).
Penyampaian diseminasi hasil kerja dengan tema Social Economic Base Line Study of Seaweed Industry in East Sumba, East Nusa Tenggara Province tersebut dilakukan di Hotel Casa Kandara, Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Selasa (29/11/2022).
Diseminasi hasil penelitian dihadiri oleh pemerintah, perbankan, swasta, dunia usaha dan perwakilan masyarakat.

Ketua Tim Peneliti Budidaya Rumput Laut, Dr. Ir. Marcelien Djublina Ratoe Oedjoe, M.Si menjelaskan, kerja sama antara Undana dan Konservasi Indonesia (KI) sebagai pedoman untuk studi dasar tentang aspek sosial ekonomi industri rumput laut di Sumba Timur, Provinsi NTT.
Ia menjelaskan, studi yang dilakukan timnya merupakan elemen penting dari proyek “Terumbu Karang Sehat Indonesia” KI yang didanai oleh Global Fund for Coral Reefs (GFCR).
“Studi ini untuk memberikan keadaan dan informasi terkini tentang industri rumput laut Sumba yang akan digunakan untuk merancang dan mengimplementasikan program investasi dan mata pencaharian di masa depan. Kajian ini mencakup semua kegiatan perencanaan dan persiapan, survei atau pengumpulan data, analisis data, pelaporan, dan diseminasi hasil,” ujarnya.
Terkait dengan hasil dan keluaran penelitian tersebut, papar Dr. Marcelien, Program Terumbu Karang Sehat Indonesia memilih dan memprioritaskan industri rumput laut Sumba Timur sebagai salah satu fokus geografis dan tematiknya.
“Hasil jangka panjang dari program tersebut adalah untuk meningkatkan ketahanan ekonomi bagi masyarakat Pulau Sumba dan pengurangan atau penghindaran dampak buruk terhadap terumbu karang melalui pengembangan dan perluasan mata pencaharian alternatif budidaya rumput laut yang berkelanjutan, adil dan positif terhadap terumbu karang,” jelasnya.
Studi ini, ungkap Dr. Marcelien, bagaimanapun, adalah upaya pertama untuk mencapai hasil jangka panjang tersebut.
Selain itu, hasil jangka pendek dari studi tersebut adalah ketersediaan informasi dasar tentang industri rumput laut Sumba Timur, dan pemahaman yang komprehensif tentang industri oleh lembaga publik dan swasta nasional dan lokal. Berdasarkan data dasar, peta jalan investasi rumput laut untuk Sumba Timur akan dikembangkan.
Keluaran dari penelitian yang dilakukan timnya, jelas Dr. Marcelien adalah: Kesatu, merancang kerangka kerja berbasis bukti untuk pengembangan sektor rumput laut yang positif terhadap terumbu karang.
Kedua, penelitian dasar untuk memandu lokasi budidaya laut jangka pendek dan praktik budidaya serta ketahanan terhadap penyakit dan iklim jangka panjang, dan ketiga, peta jalan awal untuk investasi dalam pengembangan rumput laut positif terumbu yang memadukan investasi dan pengembangan mata pencaharian.

Anggota peneliti yang membidangi ekosistem terumbu karang Dr. Alexander L. Kangkang, S.Pi, M.Pi menjelaskan tujuan penelitian ini adalah: Kesatu, mengumpulkan, menganalisis, dan menyintesis variabel sosial ekonomi industri rumput laut Sumba Timur termasuk demografi masyarakat, sosial ekonomi, dan dimensi manusia lainnya yang terkait dengan rumput laut dan mata pencaharian masyarakat lainnya serta ketergantungan mata pencaharian dalam konteks provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Indonesia pengembangan rumput laut.
Kedua, merancang skema investasi rumput laut yang positif terumbu karang dalam budidaya, pemasaran, perdagangan dan pabrik pengolahan.
Ketiga, meningkatkan penghidupan masyarakat pembudidaya rumput laut dengan mempertimbangkan hak-hak masyarakat adat setempat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya, peran perempuan, partisipasi masyarakat, dan mempromosikan inklusivitas, kesetaraan dan keadilan, dan keempat adalah kajian dan pemetaan rantai nilai rumput laut lokal dan dinamika industri.
Kiik G Sine, S.Pi., M.Si anggota tim yang membidangi lingkungan perairan menjelaskan penelitian tersebut dirancang dan dilakukan mencakup beberapa aspek, salah satunya adalah kajian dan analisis kebijakan rumput laut nasional, provinsi dan kabupaten. Peneliti juga, kata Kiik Sine, melakukan identifikasi kebijakan, peraturan, arahan, dan program lokal.
“Seberapa efektif mereka diterapkan dan ditegakkan? Siapa yang bertanggung jawab atas implementasinya? Apa dampaknya bagi petani lokal, pemangku kepentingan lokal, dan pemerintah?” jelas Dosen Fakultas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Undana. Selain itu, jelas dia, peneliti juga melakukan identifikasi budidaya rumput laut termasuk dalam peraturan dan arahan tentang rencana tata ruang dan kawasan konservasi/lindung.
“Identifikasi dan penentuan kebijakan gap untuk kemajuan industri rumput laut di masa yang akan datang,” tuturnya.
Selain itu, jelas Kiik Sine, peneliti juga meneliti bagaimana sistem reproduksi rumput laut, bagaimana praktik teknologi yang ada dan sejauh mana pengaruhnya terhadap kesehatan terumbu karang dan ekosistem pesisir.
“Identifikasi masalah dan kekurangan yang menghambat praktik teknologi. Identifikasi praktik-praktik negatif-terumbu dan bagaimana terumbu karang dapat dihilangkan serta praktik-praktik positif-terumbu dan bagaimana terumbu karang dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Bagaimana bahan plastik digunakan dan bagaimana menguranginya,” jelasnya.
Dr. Rolland E. Fanggidae, MM anggota peneliti bidang ekonomi mengatakan, salah satu aspek penelitian yaitu pengolahan, pemasaran dan perdagangan rumput laut. Ia menjelaskan studi tersebut juga mengetahui bagaimana rumput laut dipasarkan dan diperdagangkan.
Selain itu, identifikasi dan penjelasan teknologi pengolahan, identifikasi produk rumput laut yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan yang diproduksi dan digunakan secara lokal.
“Seberapa besar pasar rumput laut dan berpotensi dikembangkan? Bagaimana struktur pasar rumput laut? Identifikasi pelaku pasar. Bagaimana penentuan harga rumput laut di tingkat petani, pabrik pengolahan, dan grosir juga diidentifikasi melalui penelitian tersebut,” jelas Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Undana.
Ia juga menjelaskan aspek sumber pendapatan pembudidaya rumput laut dengan perkiraan keuntungan yang dihasilkan oleh pembudidaya rumput laut.
“Bagaimana struktur pendapatan dan kontribusi rumput laut terhadap perekonomian rumah tangga petani? Identifikasi faktor atau variabel yang menentukan pendapatan petani. Identifikasi struktur dan komponen biaya, skema kredit dan subsidi yang diterima petani, dan sumber modal kerja. Identifikasi peran penangkapan ikan, pengolahan ikan secara tradisional, dan pemasaran ikan dalam struktur pendapatan rumah tangga,” jelas Dr. Rolland.
Ia menambahkan, penelitian juga melihat aspek kontribusi ekonomi lokal dari industri rumput laut serta rencana investasi rumput laut.
Sementara itu, Dr. Ade Yulita Hesti Lukas , S.Pi, MSi anggota peneliti yang membidangi rekayasa budidaya menjelaskan, aspek yang tak kalah penting dalam penelitian ini adalah peran dan partisipasi gender, perempuan, anak, dan kelompok adat dalam sistem produksi rumput laut.
“Identifikasi peran perempuan, anak perempuan, dan pemuda yang bekerja dalam budidaya rumput laut. Sejauh mana anak-anak terlibat sebagai tenaga kerja, bahkan dalam bisnis keluarga, dan bagaimana mereka diperlakukan,” jelasnya.
Lebih lanjut, ungkap Dr. Ade, partisipasi masyarakat Sumba, Timor, dan kelompok adat lokal lainnya dalam budidaya dan industri rumput laut pun diidentifikasi dalam penelitian tersebut. (*/rfl).
terima kasih utk untuk semua tim penelitia salam sehat dan sukses ya, TYm